Kali ini gue bakal bahas soal NASIONAL VS INTERNASIONAL. Bukan untuk rasis atau ngejelekin negara kelahiran gue sendiri, tapi untuk ngebuat orang Indonesia berpikir yang memang seharusnya dilakuin pada abad yang udah 21 ini.
Sebagai pelajar, gue bakal lebih banyak bahas soal pendidikan, cara belajar, guru, dan cara berpikir pelajar Indonesia.
1."We study to THINK, not MEMORIZE"
Kita belajar untuk berpikir bukan menghafal, kata-kata ini gue dapet dari keponakan gue yang bersekolah di salah satu sekolah internasional di Ibu Kota. Dia bilang kayak gitu karena nyokapnya bilang bahwa anak sekolah XXX name UNnya bagus loh, keren deh. Dan dia bilang "Yaiyalah, kan mereka diajarin untuk menghafal, jadi apa yang udah mereka hafal keluar di UN, sedangkan kita (sekolahnya dia) diajarin untuk berpikir"
Berpikir disini ya semua sekolah ngajarin berpikir pasti, tapi tuh Indonesia lebih nekenin pada buku dan harus apa yang dibilang dibuku lah yang harus lo pelajarin kalo ga sama kayak buku ya salah.
Nah kalo di interschool ini mereka diajarin untuk analisis. Analisisnya ga tanggung tanggung deh, PKN mereka ada ulangan dengan cuman 1 pertanyaan yang make logika. Ya kira-kira gurunya nanya soal 'pemerintahan pada zaman dulu di Cina, Romawi, Yunani lalu apa hubungannya sama zaman sekarang?'
Keponakan gue ini ngejawab "kalo cina mereka menekankan kelompok yang kuat merekalah yang menang, tapi mereka takut untuk diserang negara lain, makanya terjadilah perang saudara, karena mereka cuman mau nguasain daerah seluas-luasnya di negara mereka sendiri, tapi gamau orang luar ikutan, makanya mereka sampe buat TEMBOK CINA untuk perlindungan mereka, budaya mereka tertutup dan maunya berlindung dari luar tapi malah perang di dalamnya. Kalo Romawi, mereka menekankan pada dewa, jadi pemimpin mereka pun di anggap sebagai dewa, karena romawi itu negara kepulauan, maka di satu pulau itu ada orang yang paling kaya ya di anggap dewa, jadi mereka bisa ngapain aja sesuka hati di pulau tersebut. Itulah yang diterapin sama AS sekarang. Sedangkan Yunani dia lebih terbuka, mereka mau nerima apapun yang terjadi, bukan satu orang paling hebat yang berkuasa bukan cuman satu orang tapi ada semacam parlemennya (ya kayak dpr lah gitu), karena itu hukum-hukum sekarang banyak di ambil dari Yunani, karena mereka berpikiran terbuka dan mau nerima yang lain masuk, jadi mereka diserang nih sama negara lain, mereka belajar dari situ gimana caranya biar mereka bisa menang, bukan yang sembunyi saja.' Itu jawaban anak kelas 6SD interschool.
Gue yang udah SMA bahkan gamikir sampe situ....
Dari sini keliatan jelas kalo dia cuman dijelasin intinya dan disuruh ngembangin, bukan yang udah dijelasin dan lo harus jawab kayak apa yang dijelasin, harus textbook yang satu kata salah ya salah (ini yang terjadi sama gue sekarang).
2. "They accept what we say, not calling our parents because they think we're rude towards the teacher"
Mereka (guru) nerima apa yang kita katakan, bukan memanggil orang tua kita karena dipikir kita songong ke guru. Guru-guru bule mereka nerima jika kita mengkritik mereka, mereka bakal nanya 'kenapa lo ga setuju? Apa alsannya sih?' Dengan gitu anak belajar juga guru ikut belajar. Itu yang sebenernya kurikulum 2013 mau terapin, tapi ga berjalan antara guru dan murid.
Di interschool juga bukan mengacuh pada anak murid terus karena mreka bayar mahal dan segala tetekbengeknya. Sebenernya yang mau interschool tekanin itu, lo ngajar murid gaperlu dengan teriak atau keras, ketika muridnya ngasih kritik ke lo (tapi kalo dari kecil muridnya udah suka ngebangkang ya beda kasus), lo malah marah dan ngasih tau ke dia bahwa apa yang dibilang guru itu bener, dan gaboleh di bantah. Bukannya guru disana gaboleh main tangan sama murid, tapi mereka pengen ngajarin bahwa lo itu gaperlu takut karena suatu ancaman bukan karena sebuah ketaatan dari diri lo sendiri gitu. Kalo sekolah nasional, mereka berpikir jika guru diberi kritikan, berarti muridnya itu songong ke guru dan sekolah harus manggil orang tua mereka.
3. "They're a child but think like an adult, We're an adult but think like a child."
Mereka anak kecil tapi berpikir dewasa, sedangkan kita dewasa berpikir seperti anak kecil.
Merka berpikir bahwa lo udah di didik, diajarin tatakramah, artinya attitude lo harus bener. Bukan cuman dipelajarin, diinget tapi ga dijalanin. Itu pelajar indonesia yang dikasih tau tatakramah yang bener tapi cuman "IYA BU", "IYA PAK", abis itu cuman tau tapi ga dilakuin. Gue punya temen sekelas yang otaknya pinter, dia pinter kok, tapi perilakunya buruk, dia iseng dengan berbagai cara untuk cari perhatian, misalnya kentut di kelas, nyeletuk, ngisengin temen yang sampe kelewatan, dia udah dipanggil oleh sekolah, orang tuanya juga udah di panggil, tapi karena kurang tegasnya orang tua dan acuh tak acuh sama anak ini (mungkin) dia ga peduli, and he just act nice in front of the "killer" teacher, and he'll act like a weirdo child in front of the WEAK teacher.
Gue udah enek sih sama tingkah lakunya, tapi sama guru aja ga mempan, gimana sama temennya sendiri? Cuman bakal kayak angin lewat, swiiiir.
bonus: Keponakan gue ini juga mikir "ngapain belajar mandarin, jepang, korea, gue mending belajar bahasa yang pake alfabet kayak kita belajar selama ini, Jerman. Kalo kita belajar Jerman kita bisa belajar bahaya Y kalo kita bisa Y kita bisa Z, karena bahasanya mirip'
Gilsgils keren parah logikanya, tapi ya lo mau belajar bahasa apa itu sesuai minat lo sih, yang penting bisa menghasilkan, karena jaman sekarang, kalo ga menghasilkan ya lo ga dapet posisi kerja. Everything is money right now.
4. "YOU MUST SENT THE HOMEWORK TONIGHT, BEFORE 07:00 PM"
Lo harus kirim pr lo sebelum jam 7 malam. Di interschool ga ada tuh. Mereka semua pr udah pake email, tapi ga cuman bbrp jam setelah pulang lo kirim emailnya. Ga kayak indo yang mengharuskan cuman 5 jam setelah pulang sekolah mereka harus kirim tugas mereka. Itu sama aja nyiksa murid dengan stress melawan waktu. Misalnya mereka les? Mereka pulangnya jauh? Mereka bisa apa? Gabisa bilang alasan, karena emang udah ditentuin segitu dan kalo ga ngirim ya nilai kosong. Ga adil kan?
5. "YOU HAVE TO TEACH THEM LIKE A, B ,C, D, BLABLA"
Guru juga stress karena pemerintah yang ngeharusin mereka ngajar dengan kayak yang kita terima sekarang. Bukan dengan karakter muridnya, guru cuman disuruh untuk ngajar murid dengan cara yg disuruh, bukan seperti yang dia mau, yang gabikin stress murid maupun dirinya sendiri. Kalo itu solusinya susah yah sepertinya, harus dari pemerintahannya.
6. "17 SUBJECT, AND 17 TEACHERS."
17 guru dengan 17 mata pelajaran artinya satu guru megang satu pelajaran, artinya juga, guru cuman ngajar apa yang dia bisa. Kita (murid) dipaksakam untuk bisa ke 17 pelajaran. Untuk ukuran SD gapapa karena pengenalan lo sukanya apa sih, nah SMP/SMA kan lo bisa milih lah apa yang lo suka. Kalo SD masih dini, ya maksimal SMP masih lah semua pelajaran dikenalin ke murid. Tapi SMA semuanya harus lo pelajarin? Cuman beda di jurusan, mau IPA, IPS, atau BAHASA?. Pelajaran lain kudu harus wajib bisa juga? Aku rapopo, cuman bisa meratapi nasib doang kok.
7. "TALK MORE IF U WANT TO LEARN MORE"
Murid Indonesia kebanyakan gamau berbicara dsn maunya nerima apa yang guru bilang doang. Wajar sih kalo mereka gatau misalnya doal pelajaran baru yang pake bahasa baru tanpa lo tau gimana terjadinya atau keadaannya, its okay kalo lo ga ngasih pendapat, tapi kalo soal kehidupan sehari-hari dan masih gamau berbicara? Mungkin ada suatu yang salah. Gue blg gini karena itu yg gue rasain dan gur liat di sekolah selama ini.
8. "PARENTS HAVE TO LEARN TOO"
Orang tua harus belajar juga, dengan ngelarang anak tau sesuatu mereka bakal cari tau sendiri dan tau dari orang lain. Contohnya ngomong vagina / penis itu bukan suatu yang tabuh karena memang itulah namanya. Semakin org tua larang, mereka bakal kepo apasih vagina? Apasih penis? Mereka bakal nyari sendiri / tanya sama temennya, dan akan jadi suatu hal yang malah dianggap salah oleh masyarakat, padahal ga ada salahnya ngomong itu.
Jadi itulah apa yang mau gue bahas, masih banyak keluh kesah yang mau dibilang, tapi ga sanggup gue bahas disini, jadi sekian, sampein kritik dan saran lo di comment atau ga di twitter (@michellejanety).
TERIMA KASIH!
TANK YOU!✌
감사함니다!